Tahun terbit : 2015 (Dilan bagian ke dua)
Sumber:
https://idcalonpenulis.wordpress.com/2016/03/28/resensi-novel-dia-adalah-dilanku-tahun-1991/
Halaman : 344 hlm
Penerbit : Pastel Books ( www.mizan.com / info@mizan.com )
“Tujuan Pacaran adalah untuk putus. Bisa karena menikah, bisa karena berpisah.”
Ini adalah novel lanjutan dari kisah
Dilan tahun 1990, tokoh utamanya masih sama, Dilan dan Milea. Disini,
pidi baiq mengisahkan tentang Milea yang berpacaran dengan Dilan, masih
dengan alur Mundurnya, dimana Milea bercerita tentang kebahagiaannya
karena pernah mengenal Dilan. Pada bulan September 1990, Milea telah
mengenal Dilan. Dilan yang Milea maksud adalah yang dulu tinggal di
perumahan Riung Bandung, yang juga menjadi teman satu SMA nya. 22
september tahun 1990 adalah hari dimana Dilan dan Milea berpacaran,
warung bi Eem menjadi saksi ungkapan cinta keduanya, beserta surat
pernyataan yang mereka tanda tangani diatas materai untuk dijadikan
Dokumen Perasaan (katanya). Kisah baru mulai mewarnai hari-hari mereka,
seperti kebiasaan manis yang menjadi ciri khas Dilan, yaitu menelpon dan
setia menjemput milea, membawa milea jalan-jalan mengelilingi kota
bandung dengan motornya, dibawah guyuran hujan.
“Milea, jangan bilang kepadaku bahwa ada yang menyakitimu. Besoknya, orang itu akan hilang.”
Keberadaan Dilan adalah kebahagiaan
tersendiri oleh Milea, walaupun hanya sekedar bercanda dan membicarakan
hal-hal tidak jelas, yang penting didekat Dilan, Milea akan merasa aman
dan senang.
Milea pun semakin akrab dengan keluarga
Dilan, Bunda (sebutan untuk ibu nya dilan) sudah menganggap Milea
sebagai calon menantunya sendiri. Sosok Milea yang terlahir cantik,
memang membuat siapapun dengan mudah menyukainya. Tidak sedikit
laki-laki yang berusaha mendekati Milea, berlomba-lomba untuk memikat
hatinya, seperti Beni (mantanya Milea), Yugo (teman kecilnya Milea) dan
Kang Adi (teman Ayah Milea yang menjadi guru Lesnya). Namun, hati milea
telah bertumpu pada Dilan, seberapa banyak pun yang menggodanya, Milea
tidak pernah mempedulikan.
Sempat pada suatu malam minggu, Kang Adi
datang untuk mengajak Milea keluar, saat itu kedatangan kang Adi membuat
Milea terganggu karena Milea masih sibuk bercanda dengan Dilan
ditelephonenya, mengetahui keadaan tersebut, disinilah Dilan beraksi.
Dilan membawa teman-teman Geng Motornya untuk main dan menjeput Milea
(NGAPEL DI MALAM MINGGU), sekaligus mengungkapkan kepada kang Adi bahwa
mereka telah resmi berpacaran. Kang Adi yang sedikit shock mendengar
pengakuan tersebut langsung bergegas untuk pergi dan meningglkan mereka.
Senyum kekaguman atas tingkah Dilan pun tergambar diwajah Milea. Itulah
dia, Dilan, pelindungnya.
Kebahagiaan Milea karena keberadaan Dilan
membuatnya semakin khawatir akan kehilangan Dilan, walaupun semua yang
dilakukan dilan adalah untuk membuat Milea selalu aman. Milea tetap
khawatir, pernah ada kejadian dimana Dilan Menghajar Anhar teman sesama
geng motornya karena tertangkap menampar Milea di warung Bi eem. Saat
itu Milea sedang mencari Dilan, Milea menanyakan keberadaan Dilan kepada
Anhar, disitulah terjadi cekcok antara keduanya, sampai anhar menampar
Milea hingga perempuan itu menangis, Bi Eem menjadi saksi kejadian itu,
dan melaporkannya kepada Dilan. Peperangan antara Dilan dan Anhar sangat
tak terelakan, dan keduannya terancam dikeluarkan dari sekolah karena
hal tersebut.
Kekhawatiran lain yang dirasakan Milea
bukan karena Dilan dikeluarkan dari sekolah dan berimbas kepada mereka
yang akan jarang bertemu, tapi karena Dilan masih bergabung dengan geng
motornya.
Walaupun dilan pernah berkata, “Senakal-nakalnya anak geng Motor, Lia, mereka shalat waktu ujian praktek Agama.”
Tetap saja, keberadaan Geng Motor
tersebut akan berbahaya untuk keselamatan Dilan, dan Dilan masih saja
keras kepala, dilan masih menganggap segalanya biasa, bahkan dengan ke
khawatiran Milea.
Milea pernah memergoki Dilan saat ia dan
geng Motornya ingin melakukan serangan Balik terhadap kakanya Anhar,
sampai Milea mengancam akan putus, jika Dilan masih ikut Penyerangan
itu, tetapi Dilan tidak mendengarkan Milea.
Perdebatan terkait Geng Motor ini sering
sekali terjadi, Dilan tidak kapok-kapoknya walaupun sempat masuk penjara
selama 1 minggu dan diusir ayah nya sendiri karena Penyerangan antar
Geng Motor.
Dilan tetap tidak mengerti.
Perasaan takut Milea akan keselamatan Dilan teramat besar, sampai kata “PUTUS” itu keluar dari Milea disusul dengan Tamparan.
Dilan masih belum mengerti.
Kesedihan meruntuki diri Milea, karena Dilan Bilang, ‘Iya tidak suka dikekang’, Dilan pun menjauhi Milea.
Sampai dengan Ending, Milea berkuliah di UI Jakarta, dan Dilan di salah satu universitas ternama di Bandung.
Jarak antara mereka semakin Jauh, namun keadaan hati Milea tetap sama, hanya untuk Dilan.
Semakin lama Dilan menghilang, Milea
tetap berupaya untuk menghubunginya, namun keluarga Dilan pindah Rumah,
sehingga Milea kehilangan jejak Dilan.
Akhirnya, Milea bertemu dengan Mas Herdi
(kaka kelas di Universitasnya). Sosok itu mulai mengisi hari-hari Milea.
Sampai waktu membawa mereka kepada jenjang Pernikahan, dan Milea tetap
mencintai Dilan, namun Dilan sudah dengan kekasih barunya.
Begitulah kisah kerinduan yang Menyapa Milea dalam Novel ini, yang berjudul “Dia adalah Dilanku, tahun 1991.”
Pidi Baiq berhasil menghibur pembacanya dengan kisah cinta kedua
remaja yang Romantis dan menggelitik, namun ending yang jauh dari Dugaan
Pembaca.Sumber:
https://idcalonpenulis.wordpress.com/2016/03/28/resensi-novel-dia-adalah-dilanku-tahun-1991/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.