Rabu, 05 September 2018

Resensi Novel : MILEA, SUARA DARI DILAN





“Perpisahan adalah upacara menyambut hari-hari penuh rindu”

Judul Buku : Milea, Suara dari Dilan
Penulis : Pidi Baiq
Penerbit : Pastel Books
Tahun Terbit : 2016
Cetakan : ke-II, Dzulhijjah 1437 H / September 2016
Didistribusikan Oleh : Mizan Media Utama (MMU)
Tebal : 360 Halaman
ISBN : 978 – 602 – 0851 – 56 – 3

Apakah kalian tahu novel karya Pidi Baiq yang berjudul “Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1990” dan “Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1991”?. Kedua novel tersebut merupakan kisah nyata yang telah dialami oleh Milea dengan Dilan, yang menceritakan tentang kisah asmara mereka pada waktu masih duduk di bangku SMA pada tahun sembilan puluhan di Bandung, yang kemudian ditulis oleh Pidi Baid dan dijadikan sebuah novel.
Novel “Milea, Suara dari Dilan” ini merupakan seri ketiga dari kedua novel “Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1990” dan “Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1991”. Novel ini juga menceritakan kisah yang sama pada kedua novel sebelumnya, namun dari sudut pandang yang bebeda. Tentu saja berbeda, karena novel ini diceritakan dari sudut Pandang Dilan, sedangkan novel yang sebelumnya diceritakan dari sudut pandang Milea.
Sinopsis
Novel ini menceritakan pengenalan singkat Dilan waktu dia masih kecil. Kira-kira waktu masih berumur 5 tahun, pernah ingin jadi macan walaupun itu tidak mungkin. Dia pernah menamai sepedanya dengan nama “mobil derek”. Dia juga pernah sholat pakai mukena. Dilan selalu berpikir bahwa dia mempunyai masa kecil yang benar-benar bahagia.
Setelah SMA, Dilan ke sekolah tidak lagi naik sepeda melainkan naik motor. Pulangnya nongkrong di warung Kang Ewok. Di sana, dia biasa berkumpul dengan teman-temannya yang bernama Akew, Bowo, Anhar, Burhan, Ivan, dan lain-lain. Dilan juga sering nongkrong di warung Bi Eem bersama teman-temannya. Di warung Bi Eem itulah Dilan mendengar nama Milea, seorang gadis cantik yang berasal dari Jakarta. Dilan menyukai Milea, teman-temannya juga mendukungnya. Ketika Dilan ingin melakukan pendekatan dengan Milea, Dilan minta do’a pada bundanya agar lancar.
Setelah banyak yang sudah Dilan lakukan dalam rangka mendekati Milea, waktu akhirnya datang. Tanggal 22 Desember tahun 1990, di Bandung, tepatnya di warung bi Eem, Dilan resmi berpacaran dengan Milea Adnan Hussain, dinyatakan secara lisan dan tulisan, yang lengkap dibubuhi tanda tangan oleh kedua belah pihak di atas materai. Masing-masing merasa dimaui, merasa sangat diterima dan membiarkan diri dikuasai oleh harapan untuk mencapai kesempurnaan di dalam berpacaran. Kesehariannya berpacaran dengan Milea sangat romantis. Dilan membuat begitu banyak puisi yang indah untuk Milea. Kelakuan Dilan yang konyol selalu membuat Milea tertawa dan juga merasa senang.
Sampai suatu ketika Dilan putus dengan Milea. Itu semua terjadi karena sebuah kesalah pahaman antara Dilan dengan Milea, yang disebabkan oleh kematian temannya yang bernama Akew. Milea mengira bahwa kematian Akew disebabkan oleh perselisihan antara geng motor. Milea marah kepada Dilan, karena Dilan juga merupakan anggota geng motor. Milea khawatir kalau Dilan juga akan mengalami hal yang sama seperti Akew. Milea menyuruh Dilan agar keluar dari geng motor, namun Dilan tetap saja tidak menghiraukannya. Milea marah kepada Dilan sampai tidak mau diajak bicara. Itulah yang telah menyebabkan Dilan putus dengan Milea. Setelah putus dengan Milea, Dilan merasa kesepian, dan benar-benar rindu pada Milea.
Setelah lulus SMA, Dilan melanjutkan kuliahnya di salah satu Perguruan Tinggi Negri di Bandung. Sebulan setelah Bu Rini wafat, Dilan bertemu lagi dengan Milea di acara reuni SMA, dia datang dengan Mas Herdi. Dilan merasa senang bisa berkumpul lagi dengan teman-teman semasa SMA, karena sudah lama tidak bertemu. Lanjutannya dibaca sendiri yah…
Ini adalah salah satu puisi yang dibuat Dilan untuk Milea.
SAYA DAN DIA
Kalau saya adalah ini, yang membuat senyummu
Maka dia adalah orang lain yang membuat air matamu
Jangan marah kepadamu yang sudah membuat lingkungan jadi indah, tentram, dan damai
Siapkan
Sekarang, kamu ingin siapa yang datang menghiburmu ?
Kepala Sekolah membawa risoles dari kantin ?
Menteri Pendidikan membawa kunci jawaban ?
Malaikat membawa buah-buahan dari surga ?
Pengusaha Muda membawa yang harum pewangi ?
Ahli nujum? Tukang pijit? Tentara? Penari?
Atau saya saja yang datang membawa kata-kata pilihan
Saya akan senang mengatakannya dan kamu senang
Jangan nangis, nanti kamu sakit kepala
Ada yang perlu saya bantu ?

Novel ini sangat cocok bagi para pembaca yang menyukai novel ber-genre romance dan komedi.  Tingkah Dilan yang sangat konyol dan apa adanya akan membuat para pembaca menjadi lebih terhibur. Kisah asmaranya begitu sederhana, namun sangat romantis. Karena Dilan selalu tahu bagaimana cara memperlakukan wanita. Dilan memberi penggambaran lain dari sebuah penaklukan cinta dan juga bagaimana indahnya cinta sederhana anak zaman dahulu, tidak lebay seperti anak sekarang.
Novel ini juga merupakan tambahan cerita dari Dilan yang belum diceritakan oleh Milea pada kedua novel sebelumnya. Intinya, novel ini adalah pelengkap kedua novel sebelumnya yang membuat para pembaca tergantung dan penasaran apa yang dirasakan oleh Dilan. Aku juga ingin cowok seperti Dilan, itupun kalau terwujud.

Kelebihan Buku :
  • Cover-nya bagus dan sangat cocok.
  • Bahasa yang digunakan mudah dipahami dan tidak bertele-tele.
  • Terdapat ilustrasi gambar yang membuat novel ini menjadi lebih menarik.
  • Bisa menjadi pelajaran untuk para pembaca bagaimana taktik menguasai wanita.
  • Kelakuan Dilan yang konyol dan apa adanya membuat para pembaca menjadi lebih terhibur.
  • Mengajarkan kita agar tetap tegar ketika putus dengan pacar. Seperti yang Dilan ceritakan pada BAB 12 “Masa-masa jauh dari Lia” halaman 231.
Kekurangan Buku :
  • Bagi para pembaca yang belum membaca kedua novel sebelumnya pasti akan merasa kurang puas. Karena di novel ini Dilan hanya menceritakan hal-hal yang perlu saja dan tidak mengulang cerita yang sudah diceritakan pada kedua novel sebelumnya.
Pada BAB 17 “Ancika Mehrunisa Rabu” halaman 295. Diceritakan bahwa “Zaman dulu batasan masa studi maksimal bisa sampai 14 tahun, jadi mahasiswa akan cukup banyak waktu untuk aktif di keorganisasian”. Padahal sebenarnya 14 semester atau 7 tahun.







Sumber:

Resensi Novel : DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1991



 
 Penulis                  : Pidi Baiq

Tahun terbit         : 2015 (Dilan bagian ke dua) 
Halaman               : 344 hlm 
Penerbit                : Pastel Books ( www.mizan.com / info@mizan.com )

“Tujuan Pacaran adalah untuk putus. Bisa karena menikah, bisa karena berpisah.”
Ini adalah novel lanjutan dari kisah Dilan tahun 1990, tokoh utamanya masih sama, Dilan dan Milea. Disini, pidi baiq mengisahkan tentang Milea yang berpacaran dengan Dilan, masih dengan alur Mundurnya, dimana Milea bercerita tentang kebahagiaannya karena pernah mengenal Dilan. Pada bulan September 1990, Milea telah mengenal Dilan. Dilan yang Milea maksud adalah yang dulu tinggal di perumahan Riung Bandung, yang juga menjadi teman satu SMA nya. 22 september tahun 1990 adalah hari dimana Dilan dan Milea berpacaran, warung bi Eem menjadi saksi ungkapan cinta keduanya, beserta surat pernyataan yang mereka tanda tangani diatas materai untuk dijadikan Dokumen Perasaan (katanya). Kisah baru mulai mewarnai hari-hari mereka, seperti kebiasaan manis yang menjadi ciri khas Dilan, yaitu menelpon dan setia menjemput milea, membawa milea jalan-jalan mengelilingi kota bandung dengan motornya, dibawah guyuran hujan.
“Milea, jangan bilang kepadaku bahwa ada yang menyakitimu. Besoknya, orang itu akan hilang.”
Keberadaan Dilan adalah kebahagiaan tersendiri oleh Milea, walaupun hanya sekedar bercanda dan membicarakan hal-hal tidak jelas, yang penting didekat Dilan, Milea akan merasa aman dan senang.
Milea pun semakin akrab dengan keluarga Dilan, Bunda (sebutan untuk ibu nya dilan) sudah menganggap Milea sebagai calon menantunya sendiri. Sosok Milea yang terlahir cantik, memang membuat siapapun dengan mudah menyukainya. Tidak sedikit laki-laki yang berusaha mendekati Milea, berlomba-lomba untuk memikat hatinya, seperti Beni (mantanya Milea), Yugo (teman kecilnya Milea) dan Kang Adi (teman Ayah Milea yang menjadi guru Lesnya). Namun, hati milea telah bertumpu pada Dilan, seberapa banyak pun yang menggodanya, Milea tidak pernah mempedulikan.
Sempat pada suatu malam minggu, Kang Adi datang untuk mengajak Milea keluar, saat itu kedatangan kang Adi membuat Milea terganggu karena Milea masih sibuk bercanda dengan Dilan ditelephonenya, mengetahui keadaan tersebut, disinilah Dilan beraksi. Dilan membawa teman-teman Geng Motornya untuk main dan menjeput Milea (NGAPEL DI MALAM MINGGU), sekaligus mengungkapkan kepada kang Adi bahwa mereka telah resmi berpacaran.  Kang Adi yang sedikit shock mendengar pengakuan tersebut langsung bergegas untuk pergi dan meningglkan mereka. Senyum kekaguman atas tingkah Dilan pun tergambar diwajah Milea. Itulah dia, Dilan, pelindungnya.
Kebahagiaan Milea karena keberadaan Dilan membuatnya semakin khawatir akan kehilangan Dilan, walaupun semua yang dilakukan dilan adalah untuk membuat Milea selalu aman. Milea tetap khawatir, pernah ada kejadian dimana Dilan Menghajar Anhar teman sesama geng motornya karena tertangkap menampar Milea di warung Bi eem. Saat itu Milea sedang mencari Dilan, Milea menanyakan keberadaan Dilan kepada Anhar, disitulah terjadi cekcok antara keduanya, sampai anhar menampar Milea hingga perempuan itu menangis, Bi Eem menjadi saksi kejadian itu, dan melaporkannya kepada Dilan. Peperangan antara Dilan dan Anhar sangat tak terelakan, dan keduannya terancam dikeluarkan dari sekolah karena hal tersebut.
Kekhawatiran lain yang dirasakan Milea bukan karena Dilan dikeluarkan dari sekolah dan berimbas kepada mereka yang akan jarang bertemu, tapi karena Dilan masih bergabung dengan geng motornya.
Walaupun dilan pernah berkata, “Senakal-nakalnya anak geng Motor, Lia, mereka shalat waktu ujian praktek Agama.”
Tetap saja, keberadaan Geng Motor tersebut akan berbahaya untuk keselamatan Dilan, dan Dilan masih saja keras kepala, dilan masih menganggap segalanya biasa, bahkan dengan ke khawatiran Milea.
Milea pernah memergoki Dilan saat ia dan geng Motornya ingin melakukan serangan Balik terhadap kakanya Anhar, sampai Milea mengancam akan putus, jika Dilan masih ikut Penyerangan itu, tetapi Dilan tidak mendengarkan Milea.
Perdebatan terkait Geng Motor ini sering sekali terjadi, Dilan tidak kapok-kapoknya walaupun sempat masuk penjara selama 1 minggu dan diusir ayah nya sendiri karena Penyerangan antar Geng Motor.
Dilan tetap tidak mengerti.
Perasaan takut Milea akan keselamatan Dilan teramat besar, sampai kata “PUTUS” itu keluar dari Milea disusul dengan Tamparan.
Dilan masih belum mengerti.
Kesedihan meruntuki diri Milea, karena Dilan Bilang, ‘Iya tidak suka dikekang’, Dilan pun menjauhi Milea.
Sampai dengan Ending, Milea berkuliah di UI Jakarta, dan Dilan di salah satu universitas ternama di Bandung.
Jarak antara mereka semakin Jauh, namun keadaan hati Milea tetap sama, hanya untuk Dilan.
Semakin lama Dilan menghilang, Milea tetap berupaya untuk menghubunginya, namun keluarga Dilan pindah Rumah, sehingga Milea kehilangan jejak Dilan.
Akhirnya, Milea bertemu dengan Mas Herdi (kaka kelas di Universitasnya). Sosok itu mulai mengisi hari-hari Milea. Sampai waktu membawa mereka kepada jenjang Pernikahan, dan Milea tetap mencintai Dilan, namun Dilan sudah dengan kekasih barunya.
Begitulah kisah kerinduan yang Menyapa Milea dalam Novel ini, yang berjudul “Dia adalah Dilanku, tahun 1991.”
Pidi Baiq berhasil menghibur pembacanya dengan kisah cinta kedua remaja yang Romantis dan menggelitik, namun ending yang jauh dari Dugaan Pembaca.







Sumber:
https://idcalonpenulis.wordpress.com/2016/03/28/resensi-novel-dia-adalah-dilanku-tahun-1991/

Selasa, 04 September 2018

Resensi Novel : DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1990

Identitas Novel
Judul : Dia Adalah Dilanku Tahun 1990
Penulis : Pidi Baiq
Penerbit : Pastel Books
Genre : Romance
Tahun terbit : 2014
Jumlah halaman : 348 halaman
ISBN : 978 602 7870 41 3
Harga : Rp. 59.000

Sinopsis Novel
Cinta, walaupun sudah berlalu sekian lama, tetap saja, saat dikenang begitu manis. Milea, dia kembali ke tahun 1990 untuk menceritakan seorang laki-laki yang pernah menjadi seseorang yangsangat dicintainya, Dilan.
Laki-laki yang mendekatinya (milea) bukan dengan seikat bunga atau kata-kata manis untuk menarik
perhatiannya. Namun, melalui ramalan seperti tergambarkan pada penggalan cerita berikut :
Aku ramal, nanti kita bertemu di kantin. Dilan (halaman 20).
Tapi, sayang sekali ramalannya salah. Hari itu, Miela tidak ke kantin karena ia harus membicarakan urusan kelas dengan kawan-kawannya. Sebuah cara sederhana namun bikin senyum dipilih Dilan untuk kembali menarik perhatian dari Milea. Dian mengirim Piyan untukmenyampaikan suratnya yang isinya :
Milea, ramalanku, kita akan bertemu di kantin. Ternyata salah. Maaf, tapi ingin meramal lagi : besok kita akan
bertemu. Dilan (halaman 22).
Tunggu, besok yang dimaksud oleh dilan itu adalah hari minggu. Ngga mungkin, kan mereka bertemu? Namun, ternyata ramalannya kali ini benar. Dilan datang ke rumah Miela untuk menyampaikan surat undangannya yang isinya :
Bismillahirrahmanirrahim. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagiPenyayang. Dengan ini, dengan penuh perasaan, mengundang Milea Adnan untuk sekolah pada :
Hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu. Dilan (halaman 27).
Hal-hal yang sederhana ini nyatanya dapat membuat Milea tersenyum, dan perlahan mulai menaruh perhatiannya kepada Dilan. Sampai-sampai, sebentar dia lupa, ada Beni yaitu pacarnya yang berada di Jakarta.
Milea tak mau kehilangan Dilan. Baginya, Dilan seperti sesuatu yang selalu dapat membuat hari-harinya penuh warna. Tapi, dia tampak sangat jahat pada Dilan, karena dia mau untuk menerima perhatian dari Dilan, padahal dia sudah ada yang memiliki.
Sampai pada waktu milea memutuskan hubungannya dengan beni, pacarnya di jakarta. Ia cowok yang sangat emosian dan manja. Karena suatu hal yang ga perlu dijelaskan. Semenjak itu hubugan Dilan dan Milea semakin erat saja.

Resensi Novel
Yang terdapat dibelakang buku sebenarnya tidak memberikan ringkasan mengenai cerita yang terdapat dalam novel dilan ini namun, lebih kepada memberikan gambaran mengenai sikap Dilan oleh pendapat-pendapat para pembaca sinopsis novel dilan. Milea dan tokoh liannya seakan menghilang dan hanya Dilan lah yang menjadi ttitik utama para pembaca, akan tetapi, hal inilah yang menjadikan novel Dilan ini semakin menarik karena pembaca dibuat penasaran terhadap tokoh, alur cerita, dan karakter dari masing-masing tokohnya yang tidak ungkapkan oleh pengarang Pidi Baiq dalam sinopsisnya.
Selain itu, Pidi Baiq juga menambahkan beberapa kalimat yang terdapat dalam percakapan antara Dilan dan Milea yang dijadikan sebagai bagian yang menarik dari novelnya.

Kelebihan Novel
1. Dapat membuat cerita lebih hidup hanya dengan dialog, karena setting tempatnya hanya sediki dan itu tidak dijelaskan secara detail.
2. Dialog yang digunakan adalah kalimat langsung, tanpa ada embel-embel kataku, dan bertanya dan sebagainya sehinggap bisa membuat percakapan lebih hidup dan menarik.
3. Bahasa yang digunakan begitu sederhana, tidak norak, namun dapat terasa nuansa romantisme nya.
4. Meski bukunya lumayan tebal, tulisannya cukup besar sehingga lebih mudah untuk dibaca.
5. Membuat kita bernostalgia ke zaman masa-masa SMA.
6. Adanya ilustrasi.

Kekurangan Novel
1. Deskripsi mengenai tokoh kurang detail, sepeti tinggi, rupa wajah warna kulit.
2. Tidak konsisnten di dalam penggunaan gaya bahasa seperti gak, engga.
3. Akhir dari buku ini yang menggantung meski bukan benar-benar yang terkahir, mengingat adanya buku yang kedua tahun 1991, tapi tetap membuat penasaran.
4. Beberapa humor terasa garing dan terkesan seperti dipaksakan.



Sumber: